Sunday, December 9, 2018

Bagaimana Cara Kita Mengukur Hasil

Hasil dari perjuangan kita di masa kemudian itu sanggup diukur dalam beberapa cara. Cara pertama yaitu dengan melihat apa yang sudah kita miliki. Rumah, mobil, tabungan, investasi, dan semua asset fisik lain, yaitu ukuran yang manis untuk menilai perkembangan materi kita.

Asset-asset kita, merefleksikan satu aspek dari nilai kita ketika ini. Dengan mengamati asset-asset, kita sanggup mengukur nilai kita. Tapi ini bukan berarti bahwa satu-satunya cara untuk mengukur nilai yaitu dengan melihat daftar kekayaan materi kita.

Sebab kekayaan itu ada banyak jenisnya, dan keberutungan terbesar dalam hidup (kenikmatan, cinta, keluarga, pengalaman, persahabatan) itu akan selalu jauh lebih bernilai di banding semua harta kekayaan materi yang mungkin kita dapat.

Namun apa yang telah kita kumpulkan selama bertahun-tahun dalam bentuk asset materi sanggup menjadi indikator yang manis untuk menilai hasil dari perjuangan di masa lalu, dan memperkirakan kemungkinan hasil di masa depan.

Jika kita ketika ini mempunyai akumulasi uang dan kekayaan materi yang significant, berarti mungkin kita sudah berada di jalan menuju pencapaian mimpi kita, yang dikenal sebagai kebebasan finansial.

Begitu juga jikalau daftar asset kita belum seberapa meski sudah bekerja selama 10, 20, atau bahkan 30 tahun lebih, berarti ini mungkin sanggup menjadi indikasi yang manis bahwa ada sesuatu yang perlu diubah.

Kita mungkin perlu menciptakan beberapa perubahan besar dalam level acara kita ketika ini, biar sanggup meningkatkan hasil. Kita mungkin perlu meningkatkan skill atau pengetahuan atau kesadaran, biar sanggup memanfaatkan peluang dengan lebih baik.

Atau mungkin kita perlu melaksanakan pembiasaan dalam filosofi kita mengenai keuangan, dan perilaku kita terhadap pengeluaran. Jika kita tidak puas dengan apa yang telah dicapai sejauh ini, maka sekaranglah saatnya untuk memperbaiki masa depan.

Sebelum kita mengubah diri kita ketika ini, maka apa yang akan kita sanggup selalu akan sama. Bibit yang sama ditebar oleh penebar yang sama, niscaya akan menghasilkan panen yang sama.

Agar hasil panen sanggup berubah, itu mungkin perlu dengan cara mengubah bibit, tanah, atau kemungkinan besar, si penebarnya. Mungkin si penebar bersikeras untuk tetap memakai sebuah perencanaan yang tidak efektif.

Atau mungkin si penebar percaya bahwa menabur itu seharusnya dilakukan pada ketika animo panas, bukan animo semi.

Sehingga ketika animo gugur tiba, dan si penebar berada dalam kebutuhan yang sangat mendesak, beliau mungkin akan menemukan dirinya tengah bangun di ladang yang tandus, sambil mengutuk situasi atas kegagalan tanah dalam memperlihatkan panen yang telah dijanjikannya.

Itu sebetulnya sanggup menjadi waktu yang ideal bagi si penebar ini untuk mulai mengukur dan menilai, kenapa tanah tidak mau bekerja sama dengan perencanaan yang keliru. Tapi ternyata tidak, beliau malah mengeluh dan mengumpulkan banyak sekali alasan lain kenapa nasibnya tidak beruntung.

Semua yang kita miliki yaitu hasil dari banyak sekali perjuangan dan aliran di masa lalu. Kita mengumpulkan kecerdasan ataupun mengumpulkan kebodohan, dan masa depan kita akan menghasilkan imbalan yang sesuai, dengan apa yang telah kita lakukan dimasa lalu.

Kita harus memanfaatkan waktu untuk merencanakan, memperkirakan, menginves-tasikan, menebarkan, dan memperbaiki acara dimasa lalu, dan menambahkan ilmu ke dalam gudang pengetahuan kita. Ini yaitu bibit-bibit yang harus kita kumpulkan sepanjang jalan, sehingga kualitas hasil akan meningkat seiring waku.

Cara penting lainnya untuk mengukur hasil yaitu dengan melihat lebih erat telah menjadi menyerupai apa diri kita. Orang-orang menyerupai apa yang telah kita tarik ke dalam kehidupan kita? Apakah kita dihormati oleh rekan kerja dan tetangga?

Apakah kita menghargai kepercayaan kita? Apakah kita mencoba untuk meilhat dari sudut pandang orang lain? Apakah kita mendengarkan bawah umur kita? Apakah kita memperlihatkan penghargaan yang nrimo pada orang tua, pasangan, dan teman?

Apakah kita jujur dan etis dalam melaksanakan transaksi bisnis? Apakah kita dikenal alasannya yaitu keteguhan kita diantara rekan-rekan? Apakah kita masih berjalan ke arah yang salah? Apakah kita senang dengan siapa dan telah menjadi apa diri kita?

Telah menjadi apa diri kita itu yaitu hasil dari semua pengalaman masa lalu, dan cara kita mengatasinya. Itu juga yaitu hasil dari perubahan diri yang entah kita lakukan secara sengaja atau tidak disengaja selama bertahun-tahun.

Jika kita tidak senang dengan telah menjadi apa diri kita, maka kita harus mengubah siapa diri kita. Agar hal-hal sanggup berubah, kita harus berubah... itu yaitu salah satu hukum dasar dari kehidupan.


Baca Juga: Doa Sesudah Sholat Fardhu Lengkap

No comments:

Post a Comment