Sunday, December 9, 2018

Memanfaatkan Visi Kala Depan

Air terjun Niagara yaitu salah satu pemandangan yang paling mendebarkan di dunia. Setiap jam, ribuan ton air mengalir di sepanjang Sungai Niagara, dan melucur beberapa ratus kaki ke bawah.

Melalui kecerdasan manusia, kekuatan yang besar dari teladas ini dimanfaatkan, sampai bisa menjadi sumber energi yang sangat penting bagi jutaan manusia. Mimpi-mimpi kita juga bisa sama mendebarkan dan kuatnya dengan keajaiban alam ini.

Tapi mimpi-mimpi juga harus dimanfaatkan, dan diubah menjadi beberapa bentuk energi, kalau ingin memperlihatkan manfaat bagi diri sendiri dan orang sekitar. Sebab kalau tidak, itu tidak lebih dari sekedar sebuah imajinasi yang menggairahkan.

Kita semua menyampaikan ingin sukses, tapi cepat atau lambat, level kegiatan kita harus sama dengan level niat kita. Berbicara mengenai pencapaian itu yaitu satu hal; tapi membuatnya menjadi kenyataan yaitu hal yang sama sekali lain.

Sebagian orang tampaknya lebih menikmati ketika berbicara mengenai kesuksesan, dibanding ketika berusaha mencapainya.

Seolah-olah, ritual nyanyian mengenai suatu hari itu, membuatnya terperangkap ke dalam rasa kondusif yang palsu, sampai semua hal yang seharusnya dan bisa mereka lakukan kapanpun, tampaknya tidak pernah diselesaikan.

Dampak dari penipuan diri ini punya harganya sendiri. Cepat atau lambat, hari yang dijanjikan akan tiba, ketika dimana mereka akan melihat kebelakang dengan penuh penyesalan mengenai hal-hal yang tolong-menolong bisa mereka lakukan, dan sudah diniatkan, tapi tidak pernah diselesaikan.

Itulah mengapa ketika ini, kita harus mendorong diri untuk mengalami kepahitan yang lebih ringan, yaitu berupa kedisiplinan.

Sebab, kita semua niscaya akan mengalami satu kepahitan, entah berupa kedisiplinan, atau berupa penyesalan. Tapi perbedaannya adalah, kepahitan disiplin itu diukur dalam satuan ons, sementara kepahitan penyesalan itu dalam satuan ton.

Aktivitas, yaitu penerapan dari semua yang kita tahu dan rasakan, dikombinasikan dengan hasrat kita untuk mempunyai lebih dibanding ketika ini, dan menjadi lebih dari ibarat kini ini.

Kegiatan itu Lebih Baik di Banding Kesenangan

Jika terlibat dalam suatu proyek, seberapa keras kita seharusnya mengerjakannya? Berapa banyak waktu yang akan kita berikan?

Filosofi mengenai kegiatan dan perilaku kita terhadap kerja keras, akan menghipnotis kualitas hidup kita. Apa yang kita putuskan mengenai rasio yang sempurna antara kerja keras dan istirahat itu, akan menetapkan akhlak kita dalam bekerja.

Dan akhlak tersebut -- perilaku kita mengenai jumlah kerja keras yang rela kita berikan untuk keberutungan masa depan -- akan menentukan seberapa besar atau kecilnya keberuntungan tersebut nantinya.

Kegiatan itu selalu lebih baik dibanding kesenangan. Setiap kali kita menentukan untuk melaksanakan kurang dari yang kita bisa, kesalahan evaluasi ini akan menghipnotis keyakinan diri kita.

Jika diulangi setiap hari, dalam waktu singkat kita bukan hanya akan menemukan diri melaksanakan kurang dari yang seharusnya, tapi juga kurang dari yang kita bisa. Dan efek akumulasi dari kesalahan evaluasi ini bisa jadi sangat fatal.

Untungnya, proses ini gampang untuk dibalik. Kapapun, kita bisa menentukan untuk mendisiplinkan diri biar melaksanakan dan bukan melalaikan.

Setiap kali kita menentukan agresi dan bukan kesenangan, atau kerja keras dan bukan bersantai, maka level nilai diri, rasa hormat terhadap diri sendiri, dan keyakinan diri kita meningkat.

Itu berarti, bagaimana kita merasa mengenai diri sendiri lah yang memperlihatkan imbalan terbesar dari setiap aktivitas. Bukan apa yang kita sanggup melainkan apa yang kita lakukan, yang menciptakan kita merasa berharga.

Aktivitaslah yang mengubah cita-cita insan menjadi kenyataan, dan pengubahan dari ide menjadi nyata tersebut memperlihatkan kita sebuah nilai diri yang tidak bisa diberikan dari sumber manapun.

Semua punya harga dan kepahitannya sendiri. Tapi harga dan kepahitan menjadi gampang ketika janjinya menjadi kuat. Agar sarana bisa diisi dengan kegiatan intensif, kita harus menjadi terobsesi dengan hasil final -- akad masa depan.

Hasil final bukan hanya sekedar "menyesuaikan" sarana, wangsit yang kita sanggup dari melihat hasil final dengan terang di dalam pikiran, akan menciptakan kita bisa memproduksi sarananya.

Rasio Antara Aktivitas dan Beristirahat

Hidup bukan cuma untuk bekerja tanpa beristirahat. Menyisihkan waktu yang cukup untuk mengembalikan kekuatan itu penting. Kuncinya yaitu membuatkan rasio yang masuk akal antara bekerja dan beristirahat.

Masing-masing kita harus menentukan rasio terbaik untuk merefleksikan imbalan yang kita cari, mengingat bahwa dengan mengurangi kerja akan mengurangi imbalan. Jika kita beristirahat terlalu lama, rumput liar niscaya akan mengambil alih kebun.

Pengikisan nilai-nilai kita mulai terjadi setiap kali kita beristirahat. Itulah mengapa kita harus mengakibatkan istirahat sebagai suatu kebutuhan, bukan tujuan. Beristirahat seharusnya hanya menjadi sebuah penundaan yang diharapkan dalam proses mempersiapkan serangan pada sasaran dan disiplin berikutnya.


Baca Juga: Cara Terbaru Masuk TNI AU dan Persyaratannya – New!

No comments:

Post a Comment