Monday, December 10, 2018

Keampuhan Self-Talk Positif

Mungkin, efek terbesar terhadap perilaku dan kepribadian anda itu ialah apa yang anda katakan pada diri sendiri, kemudian anda percayai.

Bukan apa yang terjadi, melainkan cara anda meresponnya, yang menentukan pikiran, perasaan, dan agresi anda. Dengan mengontrol obrolan batin, atau “self-talk,” anda bisa mulai mengendalikan semua aspek lain dari kehidupan anda.

Self-talk, yaitu kata-kata yang anda ucapkan pada diri sendiri, dikala menggambarkan dan mendiskusikan perasaan anda mengenai suatu kejadian, akan menentukan kualitas dan kesehatan dari kehidupan emosional anda.

Saat anda memandang aneka macam hal secara positif dan konstruktif, dan mencari kebaikan dalam setiap situasi dan semua orang, maka anda akan cenderung selalu bersikap positif dan optimis.

Kualitas hidup anda itu ditentukan oleh pikiran dan perasaan anda, dari waktu ke waktu. Karena itu, manfaatkan semua teknik yang ada, untuk menjaga supaya pikiran anda hanya memikirkan apa yang anda inginkan, dan menjauhkannya dari apa yang tidak anda inginkan, atau takuti.

Arnold Toynbee, spesialis sejarah, menyebarkan apa yang disebut “challenge-response theory.” Saat meneliti jatuh bangunnya 20 peradaban besar di dunia, beliau menyimpulkan bahwa setiap peradaban itu dimulai dari sekelompok orang.

Menurutnya, kelompok kecil ini akan menghadapi aneka macam tantangan eksternal, contohnya serangan dari suku lain. Agar bisa bertahan dan berkembang, kelompok kecil ini harus bisa menghadapinya dengan positif dan konstruktif.

Jika berhasil, kelompok tersebut akan berkembang. Tapi tantangan lain yang lebih besar akan muncul. Dan jikalau terus berhasil, mereka akan terus berkembang, hingga kesudahannya membentuk sebuah negara, kemudian sebuah peradaban.

Toynbee meneliti 21 peradaban terbesar dalam sejarah, yang berakhir dengan peradaban Amerika, kemudian menyimpulkan bahwa peradaban ini mulai menurun dan terpecah belah, lantaran para penduduk dan pemimpinnya kehilangan kemauan atau kemampuan dalam mengatasi tantangan eksternal.

Teori peradaban Toynbee ini juga bisa diterapkan pada kehidupan kita. Dalam hidup, anda akan terus menghadapi tantangan, kesulitan, masalah, kekecewaan, rintangan dan kekalahan. Semua itu niscaya akan tiba dan tidak bisa dihindari.

Tapi dikala anda merespon setiap tantangan dengan efektif, anda akan bermetamorfosis orang yang lebih baik dan kuat. Bahkan, tanpa tantangan tersebut, anda tidak bisa mempelajari apa yang perlu anda ketahui, dan menyebarkan kualitas huruf anda dikala ini.

Sebagian besar dari kemampuan untuk sukses itu berasal dari cara anda menjalani hidup. Salah satu ciri dari orang yang unggul itu ialah mereka menyadari bahwa kekalahan dan kekecewaan temporer itu niscaya terjadi, dan tidak bisa dihindari.

Mereka mendapatkan semua itu sebagai sesuatu yang normal dan wajar, sebagai serpihan dari kehidupan. Mereka menghindari problem sebisa mungkin, tapi dikala itu muncul, mereka mempelajarinya, mengatasinya, dan terus melangkah maju.

Dr. Martin Seligman dari University of Pennsylvania telah menulis sebuah buku yang sangat menarik menurut hasil penelitiannya selama 25 tahun mengenai problem ini. Buku tersebut berjudul Learned Optimism.

Dalam buku tersebut, Dr. Seligman menjelaskan rujukan dasar dari respon orang-orang positif maupun negatif.

Sebagai hasil dari bekerja selama bertahun-tahun dibidang cognitive therapy, beliau menemukan bahwa orang optimis itu cenderung memaknai aneka macam insiden dengan cara yang menciptakan pikiraannya tetap positif dan emosinya tetap stabil.

Orang optimis membiasakan diri untuk berbicara dengan dirinya dalam cara yang konstruktif. Setiap kali mengalami kesulitan, mereka segera menjelaskannya pada diri sendiri dengan cara yang menciptakan emosi dan perasaannya tetap stabil.

3 Perbedaan antara Optimis dan Pesimis

Dr. Seligman menyampaikan bahwa ada 3 perbedaan dasar dalam reaksi orang optimis dan pesimis. Yang pertama, orang optimis itu memandang rintangan sebagai sesuatu yang temporer, sementara orang pesimis mengangapnya permanen.

Orang optimis memandang kegagalan sebagai insiden temporer, terbatas waktu dan tidak berdampak bagi masa depan. Sedang orang pesimis, mengangapnya permanen, sebagai serpihan dari hidup atau nasibnya.

Misalnya, katakanlah seorang penjual yang optimis menelpon 10 orang prospek, tapi semuanya menolak. Maka beliau mengartikan ini sebagai insiden temporer dan hanya problem kemungkinan.

Dia menyimpulkan bahwa setiap kagagalan temporer itu, semakin mendekatkannya ke arah prospek yang mau membeli. Dia melupakan insiden tersebut dan tetap semangat untuk menghubungi prospek ke 11, 12, 13, dan seterusnya.

Orang pesimis memandang situasi yang sama secara berbeda. Orang pesimis punya kecenderungan untuk menyimpulkan bahwa 10 kegagalan itu ialah tanda bahwa ekonomi sedang memburuk dan tidak ada pasar untuk produknya.

Orang pesimis menggeneralisir dan mulai putus asa dalam memandang situasi dan karirnya. Sementara orang optimis tidak menghiraukan penolakan itu dan terus berusaha, orang pesimis kehilangan semangat, gairah dan antusiasnya.

Perbedaan kedua adalah, orang optimis memandang kesulitan itu spesifik, sementara orang pesimis menandangnya sebagai sesuatu yang meluas. Itu artinya, dikala gagal, orang opimis memandangnya sebagai insiden khusus yang terpisah dari hal-hal lain dalam hidupnya.

Misalnya, jikalau sesuatu yang anda andalkan gagal terwujud, kemudian anda mengartikan itu sebagai sesuatu yang biasa terjadi dalam kehidupan dan bisnis, berarti anda telah bereaksi menyerupai orang optimis.

Sebaliknya, orang pesimis memandang kekecewaan sebagai sesuatu yang melebar. Yaitu, baginya, insiden itu ialah tanda dari suatu problem atau kekurangan yang menyerang semua aspek dari kehidupannya.

Jika orang pesimis bekerja keras untuk bisnisnya tapi gagal, beliau cenderung untuk berasumsi bahwa itu akhir produk, perusahaan atau ekonomi yang memburuk, dan semua bisnis itu tidak ada harapan. Dia cenderung merasa tidak berdaya, tidak bisa berbuat apapun untuk mengubah nasibnya.

Perbedaan ketiga yaitu orang optimis memandang insiden sebagai sesuatu yang eksternal, sedangkan pesimis mengartikannya sebagai sesuatu yang personal. Saat mengalami kekecewaan, orang optimis cenderung melihatnya sebagai akhir faktor eksternal yang berada diluar kendalinya.

Jika ada orang yang memotong jalurnya dijalan raya, misalnya, dari pada menjadi murka dan kesal, orang optimis hanya menganggap remeh insiden tersebut dengan menyampaikan misalnya, "waw, mungkin orang itu sedang kebelet pipis."

Sebaliknya, orang pesimis cenderung menganggap semuanya bersifat pribadi. Jika jalurnya dipotong, beliau akan bereaksi seakan-akan orang itu sengaja ingin membuatnya murka dan frustasi. Orang pesimis menjadi murka dan negatif kemudian ingin membalas.

Kita semua punya kecenderungan alami untuk bereaksis secara emosional dikala harapan kita tidak terkabul. Saat sesuatu yang kita inginkan dan harapkan gagal terwujud, kita merasa kecewa dan sedih. Kita merasa sangat terpukul.

Tapi, orang optimis, segera melupakan kekecewaannya. Dia segera merespon untuk memulihkan keadaan dengan cara mengartikannya sebagai sesuatu yang temporer, spesifik, dan berada diluar dirinya.

Orang optimis mengontrol obrolan batinnya, dan menghalau perasaan negatif dengan segera membentuk ulang insiden itu sehingga tampak lebih positif.

Napoleon Hill, menginterview 500 orang tersukses di Amerika, kemudian menyimpulkan bahwa, "Di dalam setiap rintangan atau kekecewaan itu terdapat bibit laba atau keutamaan yang sama atau lebih besar." Dan ini ialah satu satu belakang layar terbesar dari kesuksesan.

Karena pikiran sadar itu cuma bisa menahan satu pemikiran untuk satu waktu, entah itu positif atau negatif, berarti jikalau anda menentukan untuk memikirkan hal-hal positif, maka pikiran anda akan tetap optimis dan emosi anda tetap positif.

Dan lantaran pemikiran serta peraaan anda itu menentukan aksi-aksi anda, maka anda akan cenderung menjadi orang yang lebih konstruktif, sehingga bisa bergerak jauh lebih cepat ke arah target-target yang anda pilih.

Semua itu tergantung dari kebiasaan anda dikala berbicara pada diri sendiri. Dalam kursus penyelesaian problem dan pengambilan keputusan, kita dianjurkan untuk merespon problem dengan mengubah bahasa dari positif menjadi negatif.

Dari pada memakai kata masalah, kita dianjurkan untuk memakai kata situasi. Masalah, ialah sesuatu yang anda hadapi. Kejadiannya sama. Tapi cara anda mengartikannya yang menciptakan itu tampak sangat berbeda.

Kata yang bahkan lebih baik dibanding situasi ialah tantangan. Setiap kali anda mengalami kesulitan, segeralah membentuknya ulang dan menentukan untuk memandangnya sebagai sebuah tantangan.

Dari pada mengatakan, "Aku punya masalah," katakan, "Aku punya tantangan menarik untuk diatasi." Kata tantangan itu positif. Itu sesuatu yang menciptakan anda jadi lebih baik dan kuat. Itu sama dengan situasi, hanya kata yang anda gunakan untuk menggambarkannya yang berbeda.

Kata yang terbaik dibanding semuanya ialah peluang. Saat anda menghadapi kesulitan apapun, dari pada mengatakan, "Aku punya masalah," katakan, "Aku menghadapi sebuah peluang tak terduga."

Dan jikalau anda memfokuskan kekuatan anda untuk mencari tahu peluang apa yang tersembunyi (meski itu cuma sebuah pelajaran yang berharga) maka anda niscaya akan menemukannya. Seperti kata pepatah, "Carilah dan kau niscaya menemukannya, siapa yang mencari akan menemukan."

Salah satu pernyataan affirmasi positif untuk menghadapi kesulitan tak terduga itu adalah: "Semua situasi itu positif jikalau dipandang sebagai peluang untuk berkembang dan mengendalikan diri." Setiap kali terjadi sesuatu, segera netralkan kekuatan negatifnya dengan mengucapkan pernyatan ini.

Jika anda dibidang penjualan, dan metode prospekting anda tidak memperlihatkan hasil menyerupai yang diharapkan, anda bisa memandangnya sebagai sebuah peluang untuk berkembang dan mengendalikan diri.

Rintangan yang anda hadapi itu mungkin tujuannya untuk memberitahu bahwa ada cara yang lebih baik. Mungkin anda harus mencari prospek ditempat lain, atau dengan orang yang berbeda, atau memakai metode yang berbeda.

Mungkin kesulitan anda itu hanyalah serpihan dari proses pengembangan ketekunan dan kegigihan yang anda perlukan untuk sukses.

Perbedaan antara pemenang dan pecundang itu ialah bahwa, pemenang itu menghadapi dan mengatasi kesulitan dengan konstruktif, sedangkan pecundang mengijinkan kesulitan mengalahkan dirinya.

Ciri khusus dari kepribadian yang matang, berfungsi, dan mengaktualkan diri itu ialah kemampuan untuk objektif dan tidak emosional dikala menghadapi angin kencang dalam kehidupan sehari-hari.

Orang yang unggul itu bisa untuk selalu berbicara dengan cara yang positif dan optimis pada dirinya, menjaga pikirannya supaya tetap tenang, jernih, dan terkontrol.

Kepribadian yang matang itu lebih hening dan sadar serta bisa memaknai setiap insiden dengan lebih realistis dan tidak emosional. Sehingga, mereka jauh lebih terkontrol dan lebih berpengaruh, jarang marah, merasa kesal, atau terganggu.

Titik awal dari proses untuk menjadi orang yang sangat efektif itu ialah memonitor dan mengontrol self-talk anda setiap menit. Jaga pikiran dan kata-kata anda supaya selalu positif dan konsisten dengan sasaran anda, dan selalu fokuskan pada apa yang ingin anda lakukan dan cita-citakan.

5 Cara supaya Tetap Positif dan Optimis

Berikut ini lima inspirasi yang bisa anda gunakan supaya menjadi lebih positif dan optimis:

Pertama, tekadkan bahwa apapun yang terjadi, itu tidak akan menciptakan anda frustasi. Anda akan meresponnya dengan cara konstruktif. Tarik napas panjang, tenangkan diri dan carilah kebaikan yang mungkin tersembunyi.

Saat anda menciptakan keputusan ini, mental anda akan lebih siap, sehingga tidak hilang keseimbangan dikala terjadi sesuatu yang tidak terduga, lantaran itu niscaya akan terjadi.

Kedua, netralkan semua pemikiran atau emosi negatif dengan selalu berbicara positif pada diri sendiri. Katakan misalnya, "Aku merasa sangat sehat! Aku merasa sangat bahagia! Aku merasa sangat bersemangat!"

Saat berangkat kerja, katakan pada diri sendiri, "Aku menyukai diri ku, dan saya menyukai pekerjaan ku!" Katakan misalnya, "Ini hari yang cerah; senang rasanya masih bisa hidup!"

Menurut Law of Expression, setiap kali anda mengekspresikan itu akan dikesankan. Apapun yang anda katakan pada diri sendiri atau orang lain, akan dikesankan ke dalam pikiran bawah sadar, dan menjadi serpihan permanen dari kepribadian anda.

Ketiga, pandanglah kegagalan yang niscaya akan anda alami itu sebagai sesuatu yang temporer, spesifik, dan eksternal.

Pandanglah situasi negatif itu sebagai satu insiden yang tidak bekerjasama dengan insiden lain, dan sebagian besar disebabkan faktor eksternal yang berada diluar kendali anda.

Tolak keinginan untuk memandang insiden itu sebagai sesuatu yang permanen, meluas atau mengindikasikan ketidak mampuan.

Keempat, ingatlah bahwa anda mustahil bisa belajar, berkembang dan menjadi sukses jikalau tidak pernah mengalami kesulitan dan penderitaan. Anda harus bisa mengatasi dan mengalahkannya supaya bisa menjadi orang yang lebih baik.

Sambutlah setiap kesulitan dengan mengatakan, "Itu bagus!" kemudian carilah sesuatu yang bermanfaat di dalamnya.

Kelima, fokuskan selalu pikiran pada sasaran dan impian anda, pada apa yang anda cita-citakan. Saat hal-hal terjadi diluar dugaan, responlah dengan menyampaikan pada diri sendiri, "Aku percaya semuanya akan menjadi lebih baik."

Tekadkan untuk tetap semangat dan bergairah. Tolak semua godaan yang akan mengarah pada kekecewaan dan keputus-asaan. Pandanglah kegagalan itu sebagai peluang untuk berkembang, serta pandanglah diri dan orang lain dengan cara yang positif dan optimis.

Saat mempraktekkan self-talk positif, dan menjaga kata-kata serta pikiran supaya selalu sesuai dengan sasaran dan mimpi-mimpi anda, maka tidak ada yang bisa menghalangi anda untuk sukses, menyerupai yang anda inginkan.


Baca Juga: Cara Install SSHGuard di Centos

No comments:

Post a Comment