Sunday, December 9, 2018

Menghargai Nilai-Diri Yaitu Awal Dari Proses

Apa yang akan terjadi jikalau kita semua mulai memanfaatkan pikiran dan membaca banyak sekali buku, mengikuti kursus, dan menemukan banyak sekali cara gres untuk memperbaiki filosofi kita?

Apa yang akan terjadi jikalau kita semua menanamkan sebuah perilaku yang gres mengenai masa lalu, masa kini, dan masa depan?

Apa yang akan terjadi jikalau kita semua mengubah perasaan kita mengenai satu sama lain, dan pentingnya masing-masing diri kita terhadap nasib kita secara keseluruhan?

Jika kita semua melaksanakan itu, bayangkan dampak luar biasa menyerupai apa yang akan diberikannya pada masa depan kita semua!

Hal yang menggairahkan ialah bahwa masing-masing kita itu sudah mempunyai kekuatan mental, spriritual, intelektual, dan kreativitas yang cukup untuk melaksanakan semua yang pernah bisa kita impikan.

Semua orang sudah memilikinya! Kita cuma perlu untuk menjadi lebih sadar bahwa kita sudah memilikinya, dan menyisihkan lebih banyak waktu untuk memperbaiki apa yang sudah menjadi diri kita, kemudian membuatnya bekerja untuk kita.

Apa yang menghalangi kita dari menyadari banyak sekali anugerah dan talenta yang telah diberikan ialah perilaku yang jelek terhadap diri sendiri.

Mengapa kita bisa begitu cepat melihat kelebihan dari diri orang lain, sementara enggan untuk mencarinya di dalam diri sendiri? Mengapa kita selalu siap untuk menunjukkan kebanggaan terhadap prestasi orang lain, sementara kita aib untuk mengakui prestasi kita sendiri?

Hanya Masalah Pilihan

Bagaimana kita menilai diri sendiri itu hanyalah duduk kasus pilihan, bukan kondisi, dan faktor utama yang akan memilih bagaimana perasaan kita terhadap diri sendiri itu terletak pada filosofi eksklusif kita.

Jika kita bertanya pada orang lain mengapa mereka merasa menyerupai itu mengenai duduk kasus tertentu, maka kita mungkin akan menemukan bahwa alasan utamanya ialah alasannya ialah mereka tidak benar-benar mengetahui duduk kasus tersebut.

Karena tidak mendapat semua informasinya, kesimpulan yang mereka buat itu hanya didasari oleh potongan-potongan isu yang bisa mereka temukan. Dengan pengetahuan yang terbatas, mereka seringkali membuat keputusan yang salah mengenai banyak sekali hal.

Andai mereka tahu yang lebih baik, mereka niscaya akan berpikir lebih baik. Dengan kata lain, mereka hanya akan mencapai kesimpulan yang lebih baik jikalau mau meningkatkan pengetahuannya.

Dan berikut ini bab persamaan lainnya: Jika mereka tahu yang lebih baik, mereka akan merasa lebih baik. Mengapa?

Karena mereka akan mulai membuat keputusan yang lebih baik, dan dari situ, mereka mulai membuat pilihan yang lebih baik, sehingga kesudahannya jadi lebih baik.

Sikap kita itu dibuat oleh banyak sekali keputusan dan pilihan yang telah kita buat, menurut pengetahuan yang telah kita dapat.

Bayangkan seorang pelukis yang ingin membuat sebuah lukisan maha karya, tapi cuma punya sedikit warna di dalam alat lukisnya. Dia mungkin berhasrat untuk membuat sebuah maha karya, tapi tidak mempunyai variasi warna yang cukup, yang sangat diharapkan oleh sebuah maha karya yang sesungguhnya.

Inilah apa yang terjadi pada insan yang kurang pengetahuan. Mereka kekurangan "warna mental" untuk bisa membuat sebuah lukisan yang lengkap.

Jika ada satu area di dalam departemen pengetahuan dimana kita dihentikan mengalami kekurangan, area itu ialah pengetahuan dan kesadaran mengenai keunikan diri kita. Kita tidak akan merasa lebih baik mengenai diri sendiri jikalau kita tidak benar-benar mengenal diri sendiri.

Jika kita sudah benar-benar mengenal diri sendiri (kelebihan, kemampuan, sumberdaya, perasaan terdalam, selera humor, dan prestasi kita yang unik) maka kita tidak akan pernah lagi mencurigai kemampuan kita untuk membuat masa depan yang lebih baik.

Masing-masing kita itu unik. Tidak satupun orang di dunia ini yang serupa dengan kita. Hanya diri kita satu-satunya orang di dunia ini yang bisa melaksanakan hal-hal spesial, menyerupai yang kita lakukan. Dan apa yang kita lakukan itu bahwasanya spesial.

Memang, kita mungkin tidak mendapat piala berlapis emas, atau ratifikasi dari publik, atas apa yang telah kita lakukan, tapi setidaknya kita telah ikut membantu membuat dunia yang lebih baik untuk dijadikan kawasan tinggal.

Kita membuat keluarga kita menjadi lebih kuat, kantor kita menjadi lebih efisien, dan komunitas kita menjadi lebih sejahtera dikarenakan telah menjadi diri sendiri.

Untuk mengubah bagaimana perasaan kita terhadap diri sendiri itu dimulai dengan berbagi sebuah filosofi yang gres mengenai nilai dari setiap diri manusia, termasuk diri kita sendiri.

Kita umumnya terlalu sibuk menghidupi diri, sehingga tidak sempat untuk berhenti sejenak dan menghargai semua yang telah kita lakukan pada hari itu. Kita tidak menghargai diri sendiri alasannya ialah tidak sadar akan diri sendiri. Padahal pengetahuan akan diri itu ialah bab kritis dari kehidupan.

Saat kita mulai banyak berguru mengenai siapa diri sendiri, kita mulai akan membuat pilihan dan keputusan yang lebih baik untuk dan mengenai diri sendiri. Dan ketika itu terjadi, pilihan-pilihan kita meningkat, sehingga kesudahannya ikut meningkat, begitu juga perilaku kita.


Baca Juga: Cara Mengatasi dan Mencegah Virus Ransomware Wanna Cry

No comments:

Post a Comment