Monday, December 10, 2018

Kepercayaan Yang Menjadi Pembatas

Semua pengalaman telah mengarahkan kita untuk mempercayai hal-hal tertentu mengenai diri sendiri. Entah kepercayaan ini benar atau tidak, itu tidak problem sebab jikalau kita sudah menerimanya sebagai kebenaran, itu akan menjadi benar untuk kita.

Jika kita mengucapkan kata-kata kita cukup lama, maka itu akan menjadi aturan di alam semesta. Ucapkan aneka macam keterbatasan anda dengan penuh semangat, maka itu akan menjadi milik anda. Entah yang anda percayai itu ialah kebenaran atau kebodohan, jikalau anda menerimanya, itulah yang akan menjadi hidup anda.

Begitu kita sudah mendapatkan suatu pemikiran, maka waktu akan membuktikannya, dan tidak ada yang sanggup menghentikannya. Jika kita mendapatkan sebuah anutan mengenai kekurangan dan keterbatasan, maka waktu akan membuktikannya. Tidak ada yang sanggup kita lakukan selain mengubah anutan kita.

Jika kita menanam sebuah bibit, itu akan tumbuh. Jika anda menanam tomat, anda akan mendapat tomat. Tomat tersebut tidak akan mengubah pikirannya kemudian menjadi timun sebab menganggap timun itu lebih baik untuk anda.

Tanah akan terus memperlihatkan anda tomat, selama anda masih terus menanamnya, meski anda sebetulnya alergi terhadap tomat.

Amatilah aneka macam kepercayaan yang membentuk dasar-dasar dari kehidupan anda. Kita semua penuh dengan aneka macam kepercayaan yang telah kita kumpulkan selama bertahun-tahun, melalui aneka macam sikap, ide, opini dan pengkondisian.

Dan kita begitu penuh dengan apa yang kita tahu sampai dikala ditantang, kita eksklusif membela diri, "Jangan ajari aku. Aku tahu semuanya. Beraninya kau ingin mengubahnya. Itu sudah menjadi dasar dari seluruh hidup ku. Tapi kini kau menyampaikan bahwa saya mungkin saja salah. Aku tidak mau dengar itu."

Sehingga, kita hidup dengan memilki serangkaian kepercayaan yang disebut agama, serangkaian kepercayaan yang disebut politik, serangkaian kepercayaan mengenai diri sendiri, serangkaian kepercayaan mengenai jenis orang yang kita sukai atau benci, dan serangkaian kepercayaan mengenai semua hal lain.

Banyak dari apa yang kita percayai, yang diambil dari aneka macam pengalaman, kelompok atau individu tertentu, itu sebetulnya tidak benar. Itu hanyalah hal-hal yang telah kita imajinasikan untuk menjadi benar sebab kita ingin selamat.

Karena cita-cita untuk selamat dan hasrat untuk keteraturan itu begitu kuat, kita membuat aneka macam aturan mengenai sifat dasar dari kehidupan dan bagaimana itu akan diterapkan, kemudian aneka macam aturan ini menjadi kepercayaan. Tapi Sayangnya, aneka macam kepercayaan tersebut juga menjadi pembatas.

Membuang Kepercayan Keliru

Fakta mengenai problem ini ialah bahwa kita hanya sanggup sukses jikalau kita mau membuang semua kepercayaan yang keliru. Saat kita mengalami sakit, kegagalan atau kekurangan, itu seringkali sebab keterbatasan anutan kita sendiri.

Hal yang menyedihkan adalah, meski kita tahu bahwa hidup kita di area tertentu itu tidak berjalan ibarat yang diharapkan, tapi kita tetap takut untuk berubah. Kita terkunci di dalam zona nyaman kita, tidak peduli sekalipun itu mungkin sangat merugikan.

Satu-satunya cara untuk keluar dari zona nyaman dan terbebas dari problem serta keterbasan kita ialah dengan menjadi tidak nyaman. Seberapa banyak kebebasan yang akan kita dapatkan, itu tergantung dan seberapa banyak kebenaran yang mau kita terima.

Kita harus berhenti membodohi diri, berhenti menyalahkan orang lain, dan berhenti menghidari keputusan yang tidak menyenangkan, serta mulai menghadapi kebenaran bahwa mungkin kita telah mendapatkan kepercayaan yang keliru, yang telah menjadi penyebab eksklusif dari aneka macam tragedi dalam hidup kita.

Ini bukanlah sekedar problem berpindah dari berpikir negatif menjadi berpikir positif. Ini ialah wacana bergerak ke arah berpikir "benar," yang berarti bergerak ke arah mengetahui sesuatu yang benar secara diktatorial mengenai siapa kita dan relasi kita dengan kehidupan.

Berpikir benar, yang di dasari oleh kebenaran dan bukan ilusi, ialah pondasi yang memilih kebenaran dari semua anutan lain. Berpikir nyata dan berpikir negatif, keduanya disaring oleh sistem kepercayaan kita. Sedangkan berpikir benar, berasal dari kesadaran mengenai kebenaran atau realitas dari setiap situasi.

Kebenaran akan Membebaskan Anda

Selalu berusahalah untuk mengetahui kebenaran mengenai setiap situasi yang melibatkan anda. Pandanglah dari belakang sistem kepercayaan anda dikala itu, dan tanyakan pada diri anda yang lebih tinggi, "Apa yang sebetulnya terjadi?"

Diri anda yang lebih lebih tinggi akan selalu mengungkapkan kebenaran untuk anda, jikalau anda mau mendengarnya. Saat anda bertindak berdasarkan kebenaran tersebut, berarti anda memakai berpikir benar. Itu bukan problem menjadi nyata atau negatif, melainkan hanya menjadi diri sendiri.

Dan dikala anda menjadi diri sendiri, yang berarti anda membiarkan diri anda yang lebih tinggi untuk mengungkapkan kebenaran, maka setiap situasi yang melibatkan anda akan terselesaikan dengan sendirinya secara sempurna.

Itu mungkin kedengarannya ajaib, tapi itu sebetulnya hanyalah Hukum Sebab dan Akibat dalam aksi.

Titik Awal Kesuksesan

Mungkin, istilah yang paling akurat untuk menggambarkan kesulitan yang dihadapi insan itu ialah istilah, "merusak diri". Tujuan dari semua guru-guru agung itu ialah untuk menyadarkan insan mengenai tingkah laris yang merusak diri.

Orang-orang menyampaikan mereka ingin menjadi dewasa, untuk memikul tanggung jawab dari kehidupan, tapi seringkali yang sebetulnya mereka inginkan ialah tetap menjadi seorang anak kecil. Mereka tidak mau berubah.

Mereka malah memperlihatkan aneka macam alasan kenapa mereka tidak sanggup menjadi, atau mendapatkan apa yang mereka inginkan. Cara untuk mengatasi ini ialah dengan membuang semua alasan.

Jika kita percaya bahwa seseorang atau sesuatu diluar diri itu ialah penyebab dari problem kita, maka kita akan selalu mencari solusi diluar diri.

Agar sanggup menemukan balasan yang benar atas problem yang dihadapi, kita harus memulai dengan melihat diri sendiri dalam sebuah cara yang baru, sehingga kita sanggup melihat orang lain dan tragedi dengan sebuah cara yang baru.

Dunia luar ialah reproduksi dari dunia di dalam diri kita. Anda harus menyadari ini. Berapa banyak orang bermasalah yang anda kenal yang tidak sedikitpun memperlihatkan perhatian mengenai fakta ini?

Seberapapun banyaknya tekad, kemauan, ide atau motivasi itu, tidak akan sanggup menuntaskan problem kita jikalau kita mencari jawabannya diluar diri.


Baca Juga: Berbagai Macam Sensor Pada Android dan Fungsinya

No comments:

Post a Comment